Haji Kiswanto dan Haji Taspirin adalah dua peternak kambing paling sukses di Desa Pesahangan. Dahulu ketika masih muda, selepas menempuh pendidikan tingkat menengah di SMK Komputama Pesahangan, mereka berdua memutuskan untuk tetap tinggal di desa yang mereka cintai. Keduanya sudah menyisihkan uang untuk membeli sepasang kambing muda dari hasil PKL saat Semester IV. Melihat hamparan rumput liar setinggi bahu sepanjang mata memandang di sekitar bukit pinus dan budaya potong kambing di desa mereka yang semarak, keduanya mantap menjalani kehidupan sebagai peternak kambing. Kini setelah puluhan tahun berlalu, jumlah kambing keduanya sudah mencapai tiga digit, melebihi sepersepuluh jumlah penduduk Desa Pesahangan.
Suatu sore, saat keduanya duduk bersantai di pinggir kolam ikan, cucu bersama mereka, Lukas, yang merupakan hasil dari perkawinan putra-putri mereka, datang menghampiri keduanya. Rupanya Lukas sedang macet pikirannya, ada satu pekerjaan rumah yang belum dapat diselesaikan.
"Kamu pusing mengerjakan peer apa, nak?" Tanya Haji Kiswanto.
"Serahkan saja kepada kami!" Sahut Haji Taspirin sambil tertawa.
"Matematika, kek," Jawab Lukas lesu.
Kedua haji itu berpandangan. Tiba-tiba ingatan saat muda mengalir deras ke dalam kepala mereka yang penuh uban. Namun, semua ingatan yang mengalir masuk itu kosong dan sebersih-bersihnya. Tidak ada satupun ingatan mengenai pelajaran Matematika saat SMK yang bermukim di ingatan mereka.
"C-ccoba bacakan soalnya, nak!" Haji Taspirin memerintah cucunya dengan terbata-bata.
"Wah, siap kek!" Seru Lukas dengan mata berbinar. Kakek-kakeknya memang dapat diandalkan pikirnya.
"Bunyi soalnya begini, Dono dan Kasino merupakan peternak kuda. Kuda yang dimiliki Dono dan Kasino jumlahnya sama. Berapa kuda yang harus diberikan oleh Dono kepada Kasino agar jumlah kuda Kasino empat belas lebih banyak dari jumlah kuda Dono? Itu kek soalnya," Lukas menghela napas selepas membaca soal yang panjang itu dalam satu tarikan napas.
"Kenapa Dono harus memberikan kudanya kepada Kasino hanya agar jumlah kuda Kasino lebih banyak? Maksudnya apa!" Seru Haji Kiswanto dengan bingung.
Kenapa bersedekah kepada orang yang mampu? Apakah orang zaman sekarang tidak memahami ajaran agama lagi? Kenapa soal aneh semacam itu bisa lolos dari pengawasan guru-guru? Kepala Haji Kiswanto dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya merasa dongkol sendiri.
"Allah lebih suka bilangan ganjil, kenapa harus empat belas!" Seru Haji Taspirin.
Lukas memandangi kedua kakeknya dengan mata yang kembali lesu. Kakinya yang pendek menendang-nendang kerikil. Dia berjalan menjauh dari kolam ikan, dibiarkannya kedua kakeknya berteriak-teriak di tepi kolam.
Dapatkah kamu membantu Lukas mengerjakan pekerjaan rumahnya? Tuliskan jawabanmu di kolom komentar beserta penjelasannya ya.
0 komentar:
Posting Komentar